Nama :Rasyidin
NIM : 11410081
Kelas : Psikologi A
“Tugas UTS”
“Reaksi
Spontan Karena Serka Heru Santoso Dibunuh Secara Biadab”
Pelaku Pembunuhan 4 Tahanan LP
Cebongan Adalah
Oknum Kopasssus
*Tim
Investigasi Tegaskan yang Tewas di LP Sleman Preman Jakarta
Tim
investigasi TNI AD menemukan fakta mengejutkan. Ternyata, pelaku penyerangan
dan pembunuhan 4 tahanan LP Cebongan adalah Kopassus. "Serangan
ke lapas 2 cebongan 23 maret 2013 pukul 00.15 wib diakui dilakukan oleh oknum
anggota TNI angkatan darat dalam hal ini grup 2 kopassus Kartusuro yang
mengakibatkan terbunuhnya 4 tahanan preman," kata ketua tim investigasi,
Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono dalam jumpa pers di Kartika Media Center, Jl
Abdurahman Saleh, Jakpus, Kamis (4/4/2013).
Para pelaku
sudah mengakui perbuatannya. Mereka melakukan hal ini dilandasi oleh rasa
solidaritas tinggi atas rekannya yang tewas oleh para tersangka. Ketua Tim
Investigasi Wadan Puspom AD Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono menyebutkan,
prajurit TNI secara ksatria mengakui sebagai pelakunya. "Menjadi catatan
khusus, para pelaku secara kstaria mengakui perbuatannya sejak hari pertama
penyelidikan," kata Unggul dalam jumpa pers di Kartika Media Center, Jl
Abdurahman Saleh, Jakpus, Kamis (4/4/2013).
Unggul
mengungkapkan bahwa penyelidikan ini dilakukan dalam 6 hari. Pelaku mengaku
dengan jujur perbuatannya, sejak hari pertama penyelidikan. "Penyelidikan
dilandasi dengan kejujuran dan transparan," tuturnya. Unggul juga
menegaskan, bahwa pelaku merupakan anggota TNI AD dari Grup 2 Kopassus Kandang
Menjangan Kartasura. "Pelaku siap mempertanggung jawabkan apapun resiko
atas dasar kehormatan prajurit ksatria," tambahnya seperti dilansir
detikcom.
11 OKNUM
Hasil
investigasi TNI AD memastikan aksi penyerbuan ke LP Cebongan dilakukan oleh 11
oknum prajurit anggota Grup II Kopassus TNI AD yang bermarkas di Kandang
Menjangan, Kartasura. Enam pucuk senjata api yang digunakan pelaku terdiri dari
sebuah pistol otomatis dan lima senapan mesin. "Terdiri
dari tiga AK-47 yang dibawa dari daerah latihan, dua AK-47 replika dan satu
pistol Sig Sauer," ungkap Wadan POM, Brigjen Unggul K Yudhoyono, di ruang
Dinas Penerangan TNI AD, Jl. Abdurrahman Saleh I, Jakarta Pusat, Kamis
(4/4/2013).
Daerah latihan yang dia sebutkan, adalah lokasi latihan di Gunung Lawu. Sebelumnya oleh Unggul disebutkan bahwa tiga dari 11 orang pelaku datang dari daerah latihan dan masing-masing membawa senapan AK-47.
Daerah latihan yang dia sebutkan, adalah lokasi latihan di Gunung Lawu. Sebelumnya oleh Unggul disebutkan bahwa tiga dari 11 orang pelaku datang dari daerah latihan dan masing-masing membawa senapan AK-47.
Dari 11
oknum Kopassus yang melakukan penyerangan, hanya satu eksekutor.
"Peristiwa penyerangan Lapas IIB Cebongan melibatkan anggota Kopassus
sebanyak 11 orang, yang terdiri dari 1 eksekutor yang berinisial U," kata
Unggul K Yudhoyono. Di antara 11
orang itu, 8 orang sebagai pendukung dengan menggunakan kendaraan Avanza biru
dan APV hitam. Di antara 11 orang tersebut terdapat tiga prajurit dari yang
sedang berlatih di Gunung Lawu.
TIDAK TERENCANA
Ketua tim
investigasi juga menegaskan, penyerangan tersebut tidak terencana. "Jadi
itu tindakan reaktif dan tidak direncanakan," kata Ketua Tim Investigasi
Wadan Puspom AD Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono. Menurut
Unggul, tindakan tersebut hanya reaksi spontan karena ada kedekatan pelaku
dengan Serka Heru Santoso yang dibunuh oleh 4 preman tersebut secara sadis,
tragis dan brutal. "Itu memang tindakan reaktif secara spontanitas yang
memang dilandasi jiwa korsa yang begitu besar," katanya.
Apalagi
eksekutor berinisial U merasa utang budi kepada almarhum Serka Heru
Santoso. "Apalagi mungkin dia merasa satu nasib sepenanggungan dan
satu komando, mantan atasan langsung dan yang bersangkutan merasa berutang budi
karena pada saat operasi pernah diselamatkan oleh almarhum," tandasnya.
Meski
demikian, Unggul menyebut, penyerangan ke LP tersebut merupakan bentuk
penerapan jiwa korsa yang salah.
GERAM
Oknum
Kopassus U menjadi tersangka utama. Dia menjadi eksekutor dalam pembunuhan 4
tersangka kasus pembunuhan Serka Heru Santoso. U turun dari Gunung Lawu lokasi latihan
bersama rekan-rekannya. "Jadi
secara singkat saja, beberapa orang ini sedang latihan di Gunung Lawu, kemudian
dapat kabar berita ada salah satu anggota Kopassus meninggal karena dikeroyok,
dibunuh secara biadab," jelas Ketua Tim Investigasi.
Mereka pun
membawa senjata api dari tempat latihan. "Karena rasa jiwa korsa yang
tinggi, dia secara spontan bereaksi turun ke bawah mengajak sebagian teman-temannya,
tidak semua," terangnya. Unggul menegaskan, karena jiwa korsa yang
tinggi, apalagi
mendengar terjadi penganiayaan secara tragis dan brutal, sehingga itu yang
mereka lakukan. "Sementara itu yang saya temukan belum ada unsur perencanaan,"
tegasnya.
Tim
investigasi TNI AD menyatakan ada kendaraan yang berusaha mencegah aksi
penyerangan Kopassus ke LP Cebongan. Namun aksi itu gagal. "Dua orang
menggunakan 1 unit kendaraan Feroza yang berusaha mencegah tindakan tersebut.
Namun ternyata tidak berhasil," kata Unggul.
YANG TEWAS PREMAN
Ketua Tim
Investigasi Wadan Puspom AD Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono menyebut tegas 4
orang yang tewas di LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, adalah preman. Kata preman
itu disebut dengan intonasi tegas. "Secara
ksatria dan dilandasi kejujuran yang tinggi serta bertanggung jawab serangan ke
Lapas pada 23 Maret 2013, pukul 00.15 WIB, diakui oleh oknum anggota TNI AD
yang mengakibatkan 4 tahanan preman tewas," jelas Unggul.
Peristiwa
penyerangan ke Lapas Cebongan, lanjut Unggul merupakan pembunuhan terhadap
preman yang menganiaya Serka Heru Santoso dan juga adanya pembacokan terhadap
Sertu Sriyono, yang salah satunya adalah mantan anggota Kopassus. "Bermotif
tindakan reaktif karena kuatnya
korps," tegas Unggul.
Dalam
serangan itu, pelaku mengambil, membakar dan membuang CCTV beserta rekamannya
untuk menutupi jejak mereka. Rekaman CCTV itu sendiri sudah dibuang ke Sungai
Bengawan Solo. Sementara itu tentang oknum Kopassus
yang menyerbu LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta sempat berpura-pura membawa surat
palsu peminjaman tahanan, Kadispen AD memastikan tidak ada. "Untuk
surat bon pinjam tahanan itu hanya mob saja (gertak-red). Saya pastikan itu
tidak ada," kata Kadispen AD Brigjen Rukman Ahmad dalam jumpa pers Kantor
Dispen TNI AD, Jl Abdurahman Saleh, Jakarta, Kamis (4/4/2013) itu.
Menurut dia
juga, amat sangat mustahil kalau Angkatan Darat membawa surat pinjaman dengan
stempel polisi. Jadi sama sekali tidak benar ada surat itu. "Sepertinya
itu mustahil bila AD bawa surat pinjaman tahanan dengan stempel polisi,"
imbuhnya. Menurut dia juga, aksi ini dilakukan
malam hari dengan jumlah pasukan yang sedikit. "Jadi kalau pasukan yang
terlatih itu gerakannya cepat," tuturnya.
DIPROSES PUSPOM TNI AD
Para pelaku
penyerangan LP Cebongan, Sleman, sudah diproses hukum. Mereka kini ditangani
oleh Puspom TNI AD. "Atas dasar dari hasil investigasi, proses hukum
selanjutnya akan segera dilaksanakan oleh Puspom AD," kata ketua tim
investigasi TNI AD, Brigjen TNI Unggul K Yudhoyono.(int/detikcom)
ANALYSIS
OF THE CASE
Based on that case, can the analysis in psychology
that murder case 4 thugs by TNI AD koppasus persons can we associate with
affiliates of murray's theory of need. Murray argued the need for affiliation
is closer cooperation or reply to call other people who were, or making love to
and seek affection from the preferred objects, wayward da loyal to a friend. Affiliates
are in a relationship and getting along with others meliki friends and join
groups, the need to make new friends, form friendships and form a strong bond.
From the above it can be concluded that the case, the
motive of the murder by one of the members of the TNI AD the initials U is a
case of revenge, because the question had previously been in the please please
victims, and the perpetrators feel indebted to her.
Judging from persfektifnya freud, freud mentioned that
in that case there is encouragement thanatos is aggressive behavior. The Target
must be met, namely the executors do murder.
If the theory of skinner's reinforcement
(reinforcement). The principal executor got reinforcement from him not from
other people, the perception may be arising from the principal executor is
thugs to be killed, then strengthening in him will do the killing without any
coercion of others.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar